13 Juli 2010

.tak mengerti.

aq tak mengerti apa yg sbenar'a aq inginkan..

1hal..
Aq lelah dgn smw prasaan ini..

04 Juli 2010

Pesan Untuk'Nya (R.I.P.)

saat hujan turun,
aku selalu berharap kau datang menemui ku..
menyapa ku dengan senyum manis mu..
dan mengacak-acak rambut ku sambil berkata "Bagaimana kabarmu hari ini?"

seandainya saja hari ini, saat ini, diri mu hadir d'samping ku..
ingin sekali aq memeluk mu, melepas rasa rindu dalam hati ku..
seandainya kau ada d'sini,
banyak hal yang ingin ku ceritakan kepada mu..
banyak hal yang ingin ku katakan pada mu..
n' banyak hal yang ingin kulakukan bersama mu..

tapi itu semua hanyalah sebuah angan-angan, sebuah mimpi yang takkan pernah terjadi.
karna kini dirimu tlah tenang dalam dunia mu.

aku hanya bisa berharap suatu saat nanti qta akan bersama kembali..
karna ku ingin selalu bersama mu, kakak ku.

03 Juli 2010

Sahabat Sejati

Sahabat Sejati

Ketika seorang sahabat sejati bertanya kepada sahabatnya, “apakah aku pernah melakukan salah padamu?“.
Sahabatnya akan menjawab, “ya, tapi aku sudah melupakan kesalahanmu“.
Ketika seorang sahabat sejati berbalik bertanya kepada sahabatnya, “apakah aku pernah bersalah padamu?“.
Sahabatnya akan menjawab, “ya, tapi aku sudah lupa akan hal itu“.
Ketika seorang bertanya, “Apa yang telah kau lakukan untuk sahabatmu?“
Seorang sahabat akan menjawab, “Aku tidak tahu.” sebab seorang sahabat tidak pernah meminta imbalan dari apa yang telah di perbuatnya dengan tulus.
Ketika seorang sahabat sejati memarahi sahabatnya, dan sahabatnya bertanya, “mengapa kamu memarahiku?“
Sahabatnya akan menjawab, “demi kebaikanmu“.
Ketika seseorang bertanya, “apakah alasanmu menjadi sahabatnya?“
Ia akan menjawab, “tidak tahu“. Sebab sahabat yang sejati tidak pernah memanfaatkan, tidak pernah memandang kelemahan dan kelebihan.
Ketika kau jatuh, ia akan berusaha menopangkan tangannya supaya kau tidak tergeletak.
Ketika kau bersuka, ia akan berada disisimu dan turut merasakan kebahagiaanmu.
Ketika kau berduka, ia akan berada disampingmu, meskipun ia tidak tahu bagaimana cara menghiburmu. Tetap mendengarkanmu, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulutmu, meskipun kau hanya mengaduh dan meskipun ia tidak tahu bagaimana solusi masalahmu.
Ketika kau mengatakan cita – citamu, ia akan mendukung dan berdoa untukmu.
Ketika ia bersuka, kau juga akan bersuka karenanya.
Ketika ia berduka, kau yang ada di sampingnya.
Sahabat adalah memberi tanpa ada maksud di belakangnya, bukan hanya menerima.
Sahabat tidak pernah membungkus racun dengan permen manis.
Persahabatan tidak diukur oleh berapa lamanya waktu, tetapi berapa besar arti ‘persahabatan’ itu sendiri.
Persahabatan tidak diukur oleh materi, tetapi berapa besar pengorbanan.
Persahabatan tidak diukur dari kesuksesan yang di peroleh, tetapi dari berapa besar dukungan yang di berikan.
Ia dapat menyayangimu, bahkan lebih dari dirinya sendiri.
Persahabatan tidak pernah mulus. Tetapi yang membuat indah adalah ketika mereka berhasil menjalaninya bersama, meskipun harus melalui pertumpahan air mata.
Hal yang paling membuat sahabatmu sedih adalah ketika kamu, sebagai seorang sahabat, membohonginya dengan alasan apapun. Sebab ia sangat percaya padamu.
Hanya satu yang sahabatmu minta kepadamu : supaya ia menjadi bagian hidupmu.
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya

Sekolah dI Jepang

Sekolah di Jepang (Bagian Pertama) Oleh Dr. Arief B. Witarto Rabu, 19 Oktober 2005 05:12:58 Sekolah di luar negeri terkesan "elit". Apalagi di Jepang, negara dengan biaya hidup sangat tinggi. Belum lagi Jepang sebagai negara pilihan untuk studi di luar negeri masih "angker" dengan stereotip anggapan biaya tinggi, bahasa yang sulit dan sebagainya. Benarkah demikian? Dalam tulisan ini, penulis mengulas beberapa keuntungan memilih Jepang sebagai tempat belajar di tingkat Universitas baik program S1, S2 dan S3 serta kiat-kiat sukses menempuh studi sekaligus mencari kerja setelah itu. Tulisan di bagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama dengan fokus pada keunggulan memilih studi di Jepang dan kehidupan di kampus. Sedangkan pada bagian kedua akan disampaikan tentang kiat-kiat hidup dan mencari kerja.


Keuntungan memilih Jepang

Keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) negara tujuan, sering menjadi salah satu alasan memilih tempat studi di luar negeri. Kemajuan perekonomian Jepang, tak disangkal berkat dukungan ipteknya yang canggih. Akan tetapi, Jepang tak jarang disebut sebagai "negara pengekor" dalam iptek karena lebih banyak mengembangkan iptek terapan yang dasarnya sudah dikembangkan di Amerika Serikat (AS) atau Eropa. Akan tetapi dengan terpilihnya para peneliti Jepang sebagai penerima Hadiah Nobel tiga tahun terakhir secara berturut-turut, setidaknya menghapus pandangan itu. Penelitian dasar maupun terapan di Universitas Jepang sangat beragam dengan dukungan dana yang besar baik dari Pemerintah maupun Swasta. Apabila di Indonesia, produk riset terapan lebih dibutuhkan, maka Jepang adalah "gudang" penelitian seperti itu. Paten-paten internasional yang dimiliki Jepang lebih banyak yang berkaitan dengan teknologi terapan. Namun hal ini tidak berarti penelitian dasar kurang berkembang. Hadiah Nobel yang banyak diberikan kepada penelitian dasar, dari penghargaan tiga tahun terakhir itu, berhasil diraih oleh peneliti-peneliti Jepang dari penelitian di dalam negeri. Suasana dan kondisi belajar juga sering menjadi penentu dalam menentukan pilihan negara studi. Untuk masalah keamanan, Jepang adalah negara dengan tingkat kriminalitas sangat rendah dibanding AS atau negara-negara Eropa pada umumnya. Budaya timur yang masih kental di Jepang, memberikan suasana yang tidak jauh berbeda bagi mahasiswa Indonesia ketika hidup dalam masyarakat Jepang sehingga memudahkan beradaptasi. Bahasa Jepang yang sering jadi momok, bila dilihat dari kacamata berbeda, dapat memberikan nilai plus studi di Jepang. Mahasiswa S2 dan S3, tidak diharuskan menguasai bahasa Jepang karena dapat berkomunikasi maupun menyelesaikan thesis dengan bahasa Inggris. Namun setidaknya, berbekal kursus singkat yang banyak disediakan gratis oleh Universitas maupun Pemda setempat, serta pergaulan sehari-hari, mereka mampu berbahasa lisan dengan baik. Untuk mahasiswa S1, selain kemampuan bahasa lisan juga diperlukan kemampuan membaca dan menulis bahasa Jepang. Memang untuk itu ribuan huruf Kanji dan tata bahasa yang berbeda dengan bahasa Inggris, harus dikuasai. Menurut pengalaman penulis, setengah sampai setahun kursus bahasa Jepang intensif ditambah dengan kuliah 1-2 tahun, cukup memberikan penguasaan secara baik. Kemampuan bahasa ini akan membuka peluang besar memahami berbagai ilmu pengetahuan maupun budaya Jepang karena bangsa ini telah mentransfer seluruh pengetahuannya dalam bentuk tulisan, buku dan sebagainya (Jepang adalah negara dengan pelanggan koran terbesar di dunia). Bagi alumnus Universitas Jepang, dengan ketiga keunggulan di atas yang berhasil diraih, kesempatan mencari kerja di Jepang maupun Indonesia, sangat terbuka. Jangan lupa, Jepang adalah negara dengan penanaman modal asing terbesar di Indonesia sehingga peluang bekerja di perusahaan maupun bisnis terkait dengan negara ini, sangat menjanjikan.

Kehidupan Kampus
Untuk menyelesaikan program studi S1 di Jepang perlu waktu 4 tahun. Tiga tahun pertama adalah perkuliahan dan tahun terakhir mahasiswa diharuskan masuk ke lab salah seorang Professor yang ada dalam jurusan untuk membuat penelitian bagi thesisnya. Untuk program S2 yang memerlukan waktu normal 2 tahun, sepenuhnya mahasiswa berada dalam lab untuk melakukan penelitian dengan tambahan beberapa mata kuliah yang harus diambil. Dengan kerajinan dan ketekunan, hampir bisa dipastikan mahasiswa dapat selesai tepat waktu untuk S1 dan S2 ini. Program S3, mirip sistem di S2 tapi beban untuk penelitian lebih besar, dimana banyak jurusan di Universitas Jepang mewajibkan mahasiswanya menghasilkan publikasi ilmiah di jurnal internasional sebagai syarat kelulusan. Kadang, bila ada hambatan dalam penelitian menurut pengamatan penulis, lebih banyak karena kurang antisipasi kemajuan riset dan komunikasi dengan Professor pembimbing bisa menyebabkan waktu studi molor 1-2 tahun. Kewajiban publikasi ini nampaknya khas Jepang yang tak ditemui di Amerika/Eropa, walau terasa berat tapi bisa memberikan catatan dan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa bagi bekal meniti karir setelah kelulusan. Peran Professor pembimbing sangat besar dalam membantu kelancaran studi dalam setiap jenjang. Untuk itu, kiat utama dalam hal ini adalah mencari Professor dalam bidang yang diminati, yang paling cocok dalam kepribadian, sikap dan sebagainya. Untuk mahasiswa S1, sejak masa perkuliahan, bisa dengan mudah mencari informasi itu dari kakak kelas atau mencari langsung Professor dengan sifat-sifat seperti itu. Sementara bagi mahasiswa S2/S3 yang mencari dari Indonesia misalnya, ada beberapa ciri yang mungkin bisa jadi pegangan. Professor dengan pengalaman belajar atau penelitian di luar negeri, biasanya menjadi lebih terbuka dan respek terhadap orang asing mungkin karena pernah mengalami sendiri tinggal di negeri orang. Professor yang masih muda usia (40-an tahun), biasanya masih dalam awal karirnya sehingga dengan menjadi anggota labnya, kemungkinan mahasiswa ikut dipacu untuk banyak menghasilkan publikasi, paten dan karya ilmiah lainnya, walaupun konsekuensinya hal ini harus dibarengi dengan kerja keras. Keuntungan lainnya, mahasiswa bisa mendapat bimbingan dan perhatian langsung dari Professor seperti ini karena masih banyak waktunya di lab. Sementara Professor yang lebih senior, menduduki berbagai jabatan di himpunan profesi maupun Pemerintahan, berpeluang besar memberikan banyak kemudahan mencari kerja dengan lobi-lobi yang dimilikinya serta fasilitas penelitian yang memadai. Akan tetapi, bimbingan langsung kepada mahasiswa relatif agak kurang karena kesibukan di luar labnya tersebut. Profil seperti ini bisa kita peroleh dari homepage Universitas, membaca jurnal-jurnal ilmiah, seminar dan sebagainya. Professor-professor yang hebat, tidak harus selalu berada di universitas-universitas besar. Yang sering disebut universitas besar itu adalah Tokyo University, Osaka University, Kyoto University, Kyushu University, Tohoku University, dan Hokkaido University untuk universitas negerinya dan Keio University serta Waseda University untuk universitas swastanya. Tak pelak, dengan dana dan nama besar, universitas-universitas itu dapat mengumpulkan Professor-professor terpandang, namun tak jarang Professor "yang mendunia" berada di universitas negeri di daerah. Misalnya, pakar DNA chip Jepang adalah seorang Professor muda di Tokushima University di pulau kecil Shikoku, tokoh mikrobiologi vitamin ada di Yamaguchi University di ujung selatan pulau Honsyu, Professor senior yang disebut-sebut calon kuat penerima Hadiah Nobel Kedokteran berdomisili di Kobe University dan lain-lain. Jadi, jangan terpaku pada nama besar universitas yang hendak dipilih, tapi lihat dalam bidang yang diminati, Professor yang hebat berada di lokasi mana.


Study di Jepang (2)
Di atas telah saya kupas strategi dan cara mendapatkan Letter of Acceptance dari profesor atau sensei di Universitas di Jepang sebagai salah satu syarat utama, kalau tidak boleh dikatakan mutlak, untuk bisa mendapatkan beasiswa dan study di Jepang. Maka, langkah berikutnya yang harus kita lakukan adalah mencari dan mendapatkan beasiswa.Pada tahap ini, kita sering gagal karena berbagai faktor.
Mudah2an tulisan saya ini bisa menjadi solusi dan penyemangat bagi pencari beasiswa di Jepang.
Banyak sekali buku2 yg berisi panduan dan strategi mendapatkan beasiswa bisa kita dapatkan di toko buku. Saya juga menganjurkan rekan2 pencari beasiswa untuk membaca buku2 panduan tersebut. Disini, saya akan berusaha memberikan tips mencari dan mendapatkan beasiswa berdasarkan pengalaman pribadi dan teman2 selama di Jepang.
Satu hal yang perlu sekali untuk diketahui, ternyata banyak sekali beasiswa yang bisa kita dapatkan tanpa harus melewati proses seleksi yg ketat.Tapi, bergantung pada koneksi dan kekuatan rekomendasi sensei kita di Jepang. Atau dengan kata lain, disinilah nasib manusia diundi untuk mendapatkan pemenangnya. Info seperti ini yg jarang sekali diketahui mereka yang belum pernah mendapatkan beasiswa study di LN.Khususnya utk kasus Jepang. Untuk itu, jangan pernah menyerah dan putus asa!
Begitu sudah mendapatkan sensei di Jepang, pelan2 cobalah menanyakan ke calon sensei anda tentang berbagai kemungkinan beasiswa yang mungkin bisa beliau bantu.Karena kadang sensei kita punya dana beasiswa dari proyek peneilitian dia, atau hasil kerjasama dengan isntansi tertentu, atau si sensei punya posisi penting sehingga bisa merekomendasikan (menekan) instansi penyedia beasiswa untuk memberikan beasiswanya pada anda sbg calon muridnya.
Perlu diketahui, bahwa sensei2 di Jepang kadang juga membutuhkan murid2 yang bisa membantu dia mengerjakan proyek2 besarnya dan sdh tersedia dana beasiswanya juga.Informasi seperti ini bisa kita tanyakan langsung ke calon sensei kita setelah sudah ada kesediaan dari sensei tsb utk menerima kita di labnya.Atau kalau ada orang Indonesia di Lab tsb, mgkn lebih baik menanyakan pada dia.Yang tidak boleh kita lupakan adalah unggah-ungguh (sopan santun) dalam menanyakan sesuatu pada sensei. Sebab org jepang punya karakter yg sama dengan orang timur kebanyakan.Kalau anda kurang PD, bisa meminta kesediaan teman atau kenalan yg ada di Jepang untuk melihat isi e-mail anda sblm dikirimkan.
Sayanknya, jumlah sensei yg mau menerima kita sekaligus bersedia mengusahakan beasiswa utk kita sedikit. Kebanyakan, sensei2 di Jepang senang sekali menerima mahasiswa dari LN yang bisa mencari beasiswa sendiri.Apalagi kalau bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah Jepang, spt Monbukagakusho.


www.polman.11.forumer.com

Kata Mutiara

 Setiap orang melihat yang tak kasat mata dengan kejernihan hatinya. Dan, itu tergantung seberapa banyak ia membersihkan hatinya. (Jalaluddin Rumi, Filsuf Islam, 1207-1273).
 Spesies yang mampu bertahan bukanlah yang paling kuat, maupun yang paling cerdas, namun mereka yang paling responsive terhadap perubahan. (Charles Darwin, Ilmuwan, Inggris).
 Aku tak inginkan kedamaian yang membawa pengertian. Aku menginginkan pengertian yang membawa kedamaian. (Helen Keller, Penulis AS, 1880-1968)
 Sekuntum mawar akan menjadi kebunku. Seorang sahabat sejati akan menjadi duniaku. (Leo Buscaglia, Sastrawan AS, 1924-1998).
 Bersabarlah. Semua hal itu sulit sebelum menjadi mudah. (Saadi, Penyair, Shiraz, 1213-1292).
 Orang muda tahu tentang peraturan, orang tua tahu pengecualiannya. (Oliver Wendel Holmes, Penulis AS, 1809-1894).
 Jika tak bisa mengakhiri perbedaan, setidaknya kita bisa membuat dunia ini aman bagi perbedaan. (John F. Kennedy, Presiden AS, 1917-1963).
 Hanya dua yang seharusnya bisa kita wariskan bagi anak-anak, yakni akar dan yang lainnya adalah sayap. (Hodding Carter, Penulis AS, 1907-1972).
 Waspadailah tangan, lidah, dan nafsumu. Apa pun yang kaucari, carilah dalam dirimu sendiri. (Haci Bektas-I Veli, Filsuf Turki, abad 13 M).
 Untuk menulis dengan baik, ekspresikan dirimu seperti orang kebanyakan, tapi berpikir bak orang bijaksana. (Aristoteles, Filsuf Yunani, 384-322 SM).
 Dia yang bicara banyak, banyak kelirunya. (Benjamin Franklin, Ilmuwan dan Diplomat AS, 1706-1790).
 Semakin keras kerjaku, semakin beruntunglah aku. (Samuel Goldwyn, Produser Film AS, 1882-1974).
 Sesungguhnya Allah menyukai kelemah-lembutan di dalam segala hal. (HR Bukhari).
 Dalam realisme, semua bergantung pada antusiasme. Dalam dunia nyata, semua bergantung pada keuletan usaha. (Johann Wolfgang Von Goethe, Pujangga, Novelis, Dramawan, Filsuf Jerman).
 Ilmu pengetahuan memiliki tiga tingkatan – opini, Sains, dan Pencerahan. Instrumen tingkatan pertama menggunakan indra, kedua menggunakan dialektika, dan ketiga menggunakan intuisi. (Plotinus, Filsuf Yunani, Bapak Neo-Platonisme).
 Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaanlah kunci kesuksesan. Jika Anda mencintai apa yang Anda kerjakan, Anda akan meraih kesuksesan. (Herman Cain, Pengusaha, Penulis, Pembicara Bisnis, AS).
 Arti sejati kehidupan adalah mengabdi pada nilai-nilai kemanusiaan. (Leo Tolstoy, Novelis, Filsuf, Rusia).
 Bertahan hidup artinya selalu siap untuk berubah; karena perubahan adalah jalan menuju kedewasaan. Dan, kedewasaan adalah sikap untuk selalu mengembangkan kualitas pribadi tanpa henti. (Henri Bergson, Filsuf Prancis, 1859-1941).
 Di tiap jengkal kehidupan, sang hujan memang harus tercurahkan. Kadang hari-hari memang harus dilalui dalam selingkup awan kelabu dan kedukaan. (Henry Wadsworth Long Fellow, Pujangga AS, 1807-1882).
 Inilah “Agama” sederhanaku, tak membutuhkan biara dan filosofi. Pikiran dan hati menjadi biaranya; kebaikan menjadi filosofinya. (Dalai Lama, Pemimpin Spiritual Tibet).
 Apapun yang dimulai dengan amarah, berakhir dengan rasa malu. (Benjamin Franklin, Ilmuwan AS, 1706-1790).
 Saat tak ada harapan yang tersisa, tak tersisa lagi ketakutan. (John Milton, Penyair Inggris, 1608-1674).
 Kesendirian menunjukkan tentang bagaimana kita seharusnya, masyarakat menunjukkan tentang siapa kita. (Robert Cecil, Negarawan Inggris, 1830-1903).
 Perang berada diantara perasaan dan akal sehat. (Blaise Pascal, Ilmuwan Prancis, 1623-1662).
 Tawa bisa mengawali persahabatan, bisa pula mempercepat berakhirnya persahabatan. (Oscar Wilde, Penulis Inggris, 1856-1900).
 Kita bahagia ketika apa yang ada di dalam diri sesuai dengan sesuatu di luar kita. (William Yeats, Penyair Irlandia, 1865-1939).
 Takdir bukanlah soal kesempatan, namun soal pilihan. Takdir bukan sesuatu yang serta merta kita tunggu, namun sesuatu yang harus kita raih. (William Jennings Bryan, Politikus AS, 1860-1923).
 Kebahagiaan adalah arti dan tujuan hidup. Ia adalah keseluruhan arah dan cita-cita akhir dari eksistensi manusia. (Aristoteles, Filsuf Yunani, 384-322 SM).
 Jangan pernah mengorbankan kehidupan Anda demi kerja dan idealisme belaka. Satu hal terpenting dalam hidup adalah hubungan social antar manusia. Dan saya baru menyadarinya cukup terlambat. (Katherine Susannah Prichard, Novelis Australia).
 Pertanda kecerdasan sejati bukanlah pengetahuan, tapi imajinasi. (Albert Einstein, Fisikawan AS, 1879-1955).
 Aku tumbuh menjadi tua dengan belajar hal baru setiap hari (Solon, Negarawan Yunani, 636 558 SM).
 Pendidikan adalah yang bertahan di saat semua yang dipelajari sudah terlupakan. (BF Skinner, Psikolog, AS, 1904 – 1990).
 Seorang anak memahami rasatakut, rasa sakit, dan benci yang mengiringinya. (Epictetus, Filsuf Yunani, 55 – 135 M).
 Adalah suatu mukjizat bahwa keingintahuan hidup lebih lama ketimbang pendidikan formal. (Albert Einstein, Fisikawan AS, 1879 – 1955).
 Gagasan berani bagaikan pion yang melangkah maju. Mereka bisa dikalahkan, tetapi bisa pula mengawali kemenangan. (Johann Wolfgang Von Goethe, Sastrawan Jerman, 1749 – 1832).
 Memikul beban itu sama dengan menaklukkan nasib kita. (Thomas Campbel, Penyair, Skotlandia, 1777 – 1844).
 Hidup tanpa guna adalah kematian dini. (Johann Wolfgang Von Goethe, Sastrawan Jerman, 1749 – 1832).
 Orang yang mulia memperhatikan hal yang baik dari orang lain, tidak menitik beratkan pada keburukannya. Orang tak bermutu melakukan kebalikannya. (Confusius, Filsuf China, 551 – 479 SM).
 Setiap Kebenaran mempunyai empat sudut: sebagai seorang guru aku memberi satu sudut, dan tugasmulah mencari tiga lainnya. (Confusius, Filsuf China, 551 – 479 SM).
 Orang yang melakukan kesalahan dan tidak berusaha memperbaikinya, sebenarnya dia sedang melakukan kesalahan berikutnya. (Confusius, Filsuf China, 551 – 479 SM).
 Kesalahan yang sebenarnya adalah punya kesalahan dan tak memperbaikinya. (Confusius, Filsuf China, 551 – 479 SM).
 Hal-hal besar tak bisa dicapai oleh mereka yang hanya sanggup mengikuti trend an pendapat umum. (Jock Kerouac, Novelis, 1922-1969).
 Kebahagiaan bukanlah ideal akal, melainkan imajinasi. (Immanuel Kant, (Filosof, 1724 – 1804)
 Ingatlah dua manfaat kegagalan. Pertama, jika engkau gagal, engkau bisa belajar tentang apa yang tak berjalan semestinya. Kedua, kegagalan memberimu kesempatan untuk mencoba pendekatan baru. (Roger Von Oech, Psikolog).
 Kesempurnaan bukanlah hasil tindakan tunggal, melainkan buah kebiasaan. Engkau ialah apa yang kau lakukan berulang-ulang. (Shaquille O’neal, Atlet, 1972 - ).
 Setiap orang punya tiga karakter : yang ia perlihatkan, yang ia sembunyikan, dan yang ia piker ia memilikinya. (Alphonse Karr (Sastrawan & Jurnalis, 1808 – 1890).
 Kapal tak bisa bergantung pada satu sauh, begitu pula hidup. Tak bisa bersandar pada satu harapan. (Epictetus, Filsuf Yunani, 50 – 120 M).
 Keletihan kita sering bukan karena kerja, tapi oleh kekhawatiran, frustasi, dan rasa kesal. (Dale Carnegie, Penulis AS, 1888 – 1955).
 Mereka yang tekun bekerja tidak pernah kecewa, sebab semua tercapai dengan kegigihan dan kerja keras. (Menander, Penyair Yunani Kuno).
 Tugas yang kita hadapi seringkali bukanlah pilihan kita, tetapi kita bisa memilih bagaimana kita melaksanakannya. Kalau kita melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, hasilnya akan memberikan kepuasan pada hidup kita sendiri. (Norman Vincent Peale).
 Tak seorang pun tahu beratnya beban yang ditanggung orang lain. (George Herbert, Penyair Inggris, 1593 – 1632).
 Selalulah berusaha. Selalulah gagal. Tak mengapa. Cobalah lagi. Gagal lagi. Gagal yang lebih baik. (Samuel Beckett, Dramawan Irlandia, 1906 – 1989).
 Ada lebih banyak harta yang terkandung di dalam buku ketimbang seluruh jarahan bajak laut yang disimpan di pulau harta. (Walt Disney, Pionir Dunia Animasi, AS, 1901).
 Berpikirlah seperti orang bijak, tetapi berbicaralah dengan bahasa orang kebanyakan. (William Butler Yearts, Sastrawan Irlandia, 1865 – 1939).
 Sedikit pengetahuan yang diterapkan jauh lebih berharga ketimbang banyak pengetahuan yang tak dimanfaatkan. (Khahlil Gibran, Penyair Libanon, 1883 – 1931).
 Anda bisa sukses sekalipun tak ada orang yang percaya anda bisa. Tapi
anda tak pernah akan sukses jika tidak percaya pada diri sendiri. "William JH Boetcheker"

16 Juni 2010

Masyarakat Jepang

Masyarakat Jepang tidak peduli pada agama
Saya mulai dari ciri-ciri khusus masyarakat Jepang dibandingkan dengan masyarakat Indonesia. Perbedaan yang paling besar antara masyarakat Jepang dengan Indonesia adalah masyarakat Jepang tidak peduli pada agama.
Dalam undang-undang dasar Jepang, pemerintah tidak boleh ikut campur dalam urusan agama. Dilarang keras memakai anggaran negara untuk hal-hal agama.
(Dalam pasal 20 tertulis bahwa semua lembaga agama tidak boleh diberi hak istimewa dari negara dan tidak boleh melaksanakan kekuatan politik, negara dan instansinya tidak boleh melakukan kegiatan agama dan pendidikan agama tertentu. Dan dalam pasal 89 tertulis bahwa uang negara tidak boleh dipakai untuk lembaga agama. )
Maka di Jepang tidak ada ruangan untuk sembahyang seperti mushala di instansi negara (termasuk sekolah), tidak ada Departmen Agama, tidak ada sekolah agama negara (seperti IAIN di Indonesia).
Menurut beberapa penelitian, sekitar 70% orang Jepang menjawab tidak memeluk agama. Terutama, pemuda Jepang sangat tidak peduli agama. (Pada tahun 1996, mahasiswa yang mempercayai agama tertentu hanya 7.6%).
Orang Jepang tidak peduli orang lain agamanya apa, dan kalau dia mempercayai agama tertentu, biasanya dia tidak suka memamerkan agamanya sendiri. Orang Jepang tidak ikut campur urusan pribadi orang lain, dan masalah agama dianggap sebagai urusan pribadi.
Di Jepang pernah orang Kristen menjadi Perdana Menteri, namanya OHIRA Masayoshi, Masa jabatannya dari tahun 1978 sampai 1980. Memang jumlah orang Kristen cuma 1% dari penduduk Jepang, tapi sama sekali tidak menjadi masalah dan sama sekali tidak mempengaruhi kebijakannya. Hal itu tidak dikatakan karena toleransi pada agama, lebih tepat disebut karena ketidakpedulian orang Jepang pada agama. (Tetapi beberapa sekte tidak disukai banyak orang.)
(span class="fullpost")

Etika orang Jepang tidak berdasar atas agama
Robert N Bellah, menerbitkan buku berjudul Tokugawa Religion: The Cultural Roots of Modern Japan (1957) menganalisis kemajuan Jepang berdasar teori Max Weber yaitu Die Protestantische Ethik und der "Geist" des Kapitalismus (1905), menjelaskan peranan nilai agama pramodern itu dalam proses modernisasi. Tetapi menurut saya teori Bellah ini sangat diragukan. Bellah mengatakan ajaran "Sekimon shingaku" (Ilmu moral oleh ISHIDA Baigan) itu memerankan sebagai etos untuk modernisasi ekonomi. Selain itu, ada yang menilai ajaran salah satu sekte Buddha Jepang Jodo Shinshu sebagai etos seperti Protestan. Tentu saja ajaran-ajaran itu mementingkan kerja keras, mirip dengan ajaran Puritanisme (memang Islam juga). Di Jepang modernisasi di dalam bidang ekonomi dilakukan oleh pemerintah Meiji. Ideologi pemerintah Jepang adalah Shinto versi negara. Jadi, teori Max Weber tidak bisa diterapkan kepada Jepang. Di Jepang tidak ada agama yang mendorong proses kapitalisme.
Jepang dipenuhi dengan porno, dilimpah dengan tempat judi, orang Jepang suka sekali minum minuman keras. Tetapi pada umumnya orang Jepang masih berdisiplin, bekerja keras, masyarakat Jepang sedikit korupsi, lebih makmur, tertib, efisien, bersih dan aman (setidak-tidaknya tidak terjadi konflik antar agama) daripada Indonesia. Bagi orang Jepang, porno, judi, minuman keras, semua hanya sarana hiburan saja untuk menghilangkan stres. Kebanyakan orang Jepang tidak sampai adiksi/kecanduan.
Kalau begitu, etika orang Jepang berdasar atas apa?

Etika orang Jepang demi komunitas
Etika orang Jepang itu, tujuan utamanya membentuk hubungan baik di dalam komunitas. Kebesaran komunitas bergantung pada situasi dan zaman. Negara, desa, keluarga, perusahaan, pabrik, kantor, sekolah, partai, kelompok agama, tim sepak bola dll, bentuknya apapun, orang Jepang mementingkan komunitas termasuk diri sendiri. Sesudah Restorasi Meiji, pemerintah Meiji sangat menekankan kesetiaan pada negara. Sesudah perang dunia kedua, objek kesetiaan orang Jepang beralih pada perusahaan.
Tindakan pribadi dinilai oleh mendorong atau merusak rukun komunitas. Maka misalnya minum minuman keras juga tidak dimasalahkan, bahkan minum bersama diwajibkan untuk mendorong rukun komunitas.
Ajaran agama juga digunakan untuk memperkuat etika komunitas ini. Sedangkan Semitic monoteisme (agama Yahudi, Kristen dan Islam) mengutamakan Allah daripada komunitas, dan memisahkan seorang sebagai diri sendiri dari komunitas. Jadi Pemerintahan Tokugawa melarang Kristen. Tentu saja agama Buddha juga mengutamakan Kebenaran Darma daripada komunitas, tetapi ajaran sisi seperti itu ditindas. Sementara Konfusianisme sengat cocok dengan etika demi komunitas ini.
Tetapi, orang Jepang tidak mengorbankan sendiri tanpa syarat demi komunitas. Hal ini jelas terutama di dalam etos kerja orang Jepang.

Etos kerja dan budaya kerja orang Jepang
Sesudah perang dunia kedua, perusahaan Jepang yang besar membentuk 3 sistem.
yaitu, (1). Sistem ketenagakerjaan sepanjang hidup, yakni perusahaan biasanya tidak putus hubungan kerja. (2). Sistem kenaikan gaji sejajar umur, yakni perusahaan menaikan gaji pekerjanya tergantung umur mereka. (3). Serikat pekerja yang diorganisasi menurut perusahaan, yakni, berbeda dengan pekerja yang diorganisasi menurut jenis kerja, semua pekerja sebuah perusahaan, jenis kerja apapun, diorganisasi satu serikat pekerja. Oleh ketiga sistem ini, pekerja menganggap kuat diri sendiri anggota perusahaannya dan merasa kesetiaan kepada perusahaannya. Di atas ketiga sistem ini, etos kerja dan budaya kerja orang Jepang berkembang. Kenyataannya, ketiga sistem ini dibentuk hanya di perusahaan besar, tidak ada di perusahaan kecil. Tetapi ketiga sistem ini menjadi teladan bagi perusahaan kecil juga.
Ciri-ciri etos kerja dan budaya kerja orang Jepang adalah:
1. Bekerja untuk kesenangan, bukan untuk gaji saja.
Tentu saja orang Jepang juga tidak bekerja tanpa gaji atau dengan gaji yang rendah. Tetapi kalau gajinya lumayan, orang Jepang bekerja untuk kesenangan. Jika ditanya "Seandainya anda menjadi milyuner dan tidak usah bekerja, anda berhenti bekerja ?", kebanyakan orang Jepang menjawab, "Saya tidak berhenti, terus bekerja." Bagi orang Jepang kerja itu seperti permainan yang bermain bersama dengan kawan yang akrab. Biasanya di Jepang kerja dilakukan oleh satu tim. Dia ingin berhasil dalam permainan ini, dan ingin menaikkan kemampuan diri sendiri. Dan bagi dia kawan-kawan yang saling mempercayai sangat penting. Karena permainan terlalu menarik, dia kadang-kadang lupa pulang ke rumah. Fenomena ini disebut "work holic" oleh orang asing.
2. Mendewakan langganan.
Memang melanggar ajaran Islam, etos kerja orang Jepang mendewakan client/langganan sebagai Tuhan. "Okyaku sama ha kamisama desu." (Langganan adalah Tuhan.) Kata itu dikenal semua orang Jepang. Kata ini sudah motto bisinis Jepang. Perusahaan Jepang berusaha mewujudkan permintaan dari langganan sedapat mungkin, dan berusaha berkembangkan hubungan erat dan panjang dengan langganan.
3. bisnis adalah perang.
Orang Jepang yang di dunia bisnis menganggap bisnis sebagai perang yang melawan dengan perusahaan lain. Orang Jepang suka membaca buku ajaran Sun Tzu (孫子) untuk belajar strategis bisnis. Sun Tzu adalah sebuah buku ilmu militer Tiongkok kuno, pada abad 4 sebelum masehi. Sun Tzu itu suka dibaca oleh baik samurai dulu maupun orang bisinis sekarang. Untuk menang perang, perlu strategis dan pandangan jangka panjang. Budaya bisinis Jepang lebih mementingkan keuntungan jangka panjang. Supaya menang perang seharusnya diadakan persiapan lengkap untuk bertempur setenaga kuat. Semua orang Jepang tahu pribahasa "Hara ga hette ha ikusa ha dekinu." (Kalau lapar tidak bisa bertempur.) Oleh karena itu orang Jepang tidak akan pernah menerima kebiasaan puasa. Bagi orang Jepang, untuk bekerja harus makan dan mempersiapkan kondisi lengkap. Tentu saja di medang perang, kedisiplinan paling penting. Dalam buku Sun Tzu untuk mengajar kedisiplinan dilakukan cara yang sangat kejam. Tetapi sekarang disiplin diajarkan di sekolah dasar. Pendidikan di sekolah sangat penting. Masuk sekolah setiap hari tidak terlambat, ikut pelajaran secara rajin, hal-hal itu dasar disiplin untuk kerja di dunia bisinis. Pada setelah Restorasi Meiji, pendidikan disiplin di sekolah dasar lebih berguna untuk berkembang kapitalisme daripada ajaran agama apapun.


Copy right: @ISHIZAWA Takeshi, Ph.D Candidate (dari Universitas Tokyo)
website:http://www.02.246.ne.jp/~semar



Dan katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS At-Taubah, 9 : 105)

Seburuk-buruk tempat adalah pasar, sebaik-baik tempat adalah masjid (Nabi Muhammad Saww.)

Secara sekilas membaca hadis tersebut, kita seolah-olah masuk pada suatu dikotomi atau pertentangan yang ekstrem antara kedua tempat tersebut yakni pasar versus masjid. Namun tulisan ini tidak berupaya untuk menajamkan perbedaan pada kedua kutub tersebut Alih-alih untuk memisahkan keduanya, penulis mencoba memadukannya dengan meminjam pandangan dunia Muslim tradisional, sebuah tawaran pandangan yang acapkali digagas oleh Seyyed Hossein Nasr dalam karya-karyanya..
Mengomentari hadis tersebut, Kuntowijoyo, dalam karyanya Dinamika Perjuangan Umat Islam Indonesia, menyebutkan bahwa kedua tempat itu sebetulnya merupakan suatu simbol aktivitas dalam dunia kehidupan Muslim. "Penafsiran" Kunto yang didasarkan pada pendekatan sosiologis memaknai "pasar" sebagai simbol aktivitas kerja secara khusus, sedangkan "masjid" dimaknai sebagai wilayah beribadah atau belajar (ta'lim) secara khusus pula.
Memang, bila "kerja" dibatasi maknanya pada matra ekonomi dan sosial belaka, seakan-akan mengesankan adanya dikotomi antara yang profan-duniawi (pasar, kerja) dengan yang sakral-ukhrawi (masjid, belajar). Celakanya, kesan seperti itu tampak begitu kuat di kalangan Muslim sendiri.
Dalam realitanya, cakrawala pandang kaum Muslim modern atas dunia kehidupannya terbagi pada dua kelompok yakni, pertama, kelompok yang lebih terfokus pada urusan "pekerjaan". Mereka sudah mencoba menampilkan kinerja yang profesional, tapi motivasi bekerjanya sangat rapuh, yakni sekadar mencari uang semata. Akibatnya, dari motivasi yang kurang lurus tersebut, keinginannya untuk berderma di jalan Allah amat minim. Ia merasa tidak pantas untuk mengeluarkan sedekah, infak, zakat ataupun khumus karena toh yang bekerja adalah dirinya sendiri. Bukan orang lain. Ia merasa bahwa kekayaan yang ia raih bukanlah anugrah dari Allah, namun dari jerih payahnya sendiri. Jadi, dalam mencari nafkah, mereka begitu punya semangat yang tinggi dan etos yang kuat. Akan tetapi, untuk urusan ilmu atau belajar mereka mencukupkan diri dengan pengetahuan yang sudah terakumulasi sebelumnya.
Kelompok kedua adalah mereka yang memfokuskan diri pada urusan keilmuan/"ibadah". Kelompok ini amat gandrung pada urusan yang sifatnya "intelektual-ritual", namun kurang bisa menampilkan sikap yang profesional dalam bekerja. Artinya, pekerjaan yang mereka tunaikan kualitasnya amat rendah, tidak tepat waktu, dan kurang cita rasa seni. Yang penting, selesai bung ! adalah motto mereka. Dalam mengejar ilmu atau melakukan ibadah ritual, mereka memang "jago"-nya. Namun dalam urusan pekerjaan, mereka tidak punya sikap yang sama. Itu kan duniawi, kilah mereka.
Tafsir sosiologis dari Kunto tentang "pasar" dan "masjid" tampaknya mendekati kenyataan yang menimpa pada kaum Muslimin sendiri. Ideologi "kaum pasar" semakin diperkuat dengan serbuan pandangan materialisme Barat yang sangat memuja benda atau materi. Materilah yang menjadi standar apakah orang ini pantas atau tidak untuk dihormati, dihargai, atau diakrabi. Bahkan dikawini. Andil budaya massa seperti televisi, majalah, koran, ataupun radio semakin memperteguh lagi akan pandangan dunia yang sebetulnya asing, dan tidak berakar pada nadi kehidupan kaum Muslim.
Sedangkan "kaum masjid" seolah-olah muncul di atas ketidakberdayaan dalam menghadapi arus zaman. "Sufisme" menjadi suatu lahan eskapis bagi mereka untuk menghindari kenyataan. Dan, mereka berlindung di bawah istilah-istilah "sabar", "zuhud", "doa", "ziarah", dan sebagainya.


Etos Kerja dalam Islam
Sesungguhnya dikotomi antara "kerja" dengan "belajar" tidak perlu terjadi. Karena, apabila kita menghayati ikrar kita secara mendalam pada proposisi "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" dalam surat Al-Fatihah, maka dunia kehidupan kaum Muslimin bernuansa ibadah yang sangat kental. Dalam firman-Nya yang lain, Allah mengatakan, "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah," (QS Adz-Dzariyat, 51 : 56). Sehingga, jelas-jelas tidak ada pemisahan antara yang sakral dengan yang profan, yang duniawi dengan yang ukhrawi.
Ketika mengomentari ayat, "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad (perjanjian) itu" (QS Al-Ma'idah, 5 :1), Raghib Isfahani, sebagaimana dikutip Seyyed Hossein Nasr (1994) mengatakan bahwa perjanjian-perjanjian itu meliputi perjanjian-perjanjian antara Tuhan dan manusia, yakni kewajiban-kewajiban manusia kepada Tuhan; [perjanjian antara manusia dan dirinya sendiri; dan [perjanjian] antara individu dan sesamanya.
Dengan demikian, perjanjian (uqud) yang dirujuk pada ayat tersebut berkisar antara pelaksanaan shalat sehari-hari sampai menjual barang dagangan di bazaar, dari sembah sujud hingga kerja mencari penghidupan.
Berangkat dari pandangan dunia tradisional tersebut yang tidak mendikotomikan antara yang sakral dan yang profan, maka etos kerja kaum Muslim selayaknya memperhatikan kualitas pekerjaannya. Ini artinya, dalam bekerja karakteristik spiritual tetap terjaga dan terpelihara yakni pekerjaan itu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Tanggung jawab terhadap kerja berarti kesiapan untuk bertanggung jawab di hadapan Yang Mutlak karena kerja adalah saksi bagi semua tindakan manusia. Dalam ushuluddin disebut-sebut perihal konsep ma'ad atau qiyamah yang bila diterjemahkan dalam keseharian akan sangat mendukung sekali terhadap profesionalisme dalam bekerja. Di sini konsep ma'ad atau qiyamah bukanlah suatu konsep di langit-langit Platonik melainkan sesuatu yang hidup, membumi.
Penghayatan yang mendalam terhadap prinsip ma'ad akan berimplikasi positif dan konstruktif terhadap perkembangan kepribadian kaum Muslim. Setidaknya dengan menghayati prinsip tersebut, pemuda Muslim tidak mengenal istilah pengangguran.
Konon, praktik shalat wajib di kalangan Syi'ah yang mencakup shalat fajr, shalat siang hari (Zhuhur dan 'Ashar), dan shalat malam hari (Maghrib dan 'Isya), merupakan refleksi etos kerja mereka yang begitu tinggi dan manifestasi produktivitas dalam berkarya. Artinya, bila kaum Syi'ah selesai melaksanakan shalat siang hari, maka setelah selesai shalat dan zikir, mereka akan kembali bekerja dengan semangat yang tetap terjaga. Bukan meneruskannya dengan aktivitas yang kurang produktif dan tidak bermanfaat.
"Kerja berkaitan erat dengan doa dan hidayah bagi semua masyarakat tradisional dan kaitan ini dirasakan dan diaksentuasikan dalam Islam," tulis Nasr (1994). Dengan mengamati lafaz adzan Syi'ah, dengan formulasi hayya 'ala al-shalah, hayya 'ala al-falah, dan hayya 'ala khair al-'amal, Nasr menyimpulkan bahwa shalat dan kerja memiliki keterkaitan yang prinsipal. "Di sana hubungan antara shalat, kerja, dan amal saleh selalu ditekankan," lanjutnya.
Perspektif Islam yang padu, menolak membedakan antara yang sakral dan yang profan, yang ukhrawi dan yang duniawi, yang religius dan yang sekular atau, secara lebih spesifik, antara shalat dan kerja. Implikasi praktisnya adalah bahwa sebagaimana kita mencoba khusyu dalam shalat, maka begitu pula dalam bekerja kita mencoba untuk meng-khusyu'-kan diri. Dalam bahasa bisnisnya, berusaha bersikap lebih profesional.
Lebih jauh, sebagaimana ketakutan pada Tuhan dan tanggung jawab kepada-Nya dalam ekspresi shalat kita, maka demikian pula kita dalam pekerjaan kita. Karena, "Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu."

Tempat-Tempat Menarik di Jepang

Kyoto (京都市 Kyōto-shi?) adalah kota yang terletak di Pulau Honshu, Jepang. Kota ini merupakan bagian dari daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto. Kyoto memiliki banyak situs bersejarah dan merupakan ibu kota Prefektur Kyoto.
Ibu kota istana (tojō) bernama Heian-kyō ditetapkan sebagai ibu kota pada tahun 974. Sebagai ibu kota (miyako), Heian-kyō menjadi pusat pemerintahan dan budaya Jepang. Pada masa itu, ibu kota disebut kyō no miyako yang selanjutnya berubah menjadi Kyoto. Di zaman dulu, Kyoto juga disebut Kyōraku, Rakuchū, atau Rakuyō. Penamaan seperti ini mengikuti kebiasaan di Tiongkok.

Akō (赤穂市 Akō-shi?) adalah kota di Jepang yang terletak di tepi Laut Pedalaman Seto tepatnya di ujung barat daya Prefektur Hyogo. Kota Akō merupakan kota tujuan wisata terkenal dengan objek pariwisata seperti Istana Akō (latar belakang kisah 47 ronin), kota pelabuhan Sakoshi, dan Taman Nasional Tanjung Misaki.
Kota Akō terkenal sejak dulu sebagai pusat industri garam dapur berkualitas tinggi. Garam dapur yang dihasilkan tambak garam di kota Akō terkenal di Jepang dengan sebutan Garam Akō (Akō no shio). Pantai Akō merupakan tempat mengumpulkan kerang. Di awal musim panas, pantai Akō ramai dikunjungi orang yang gemar makan kerang.
Pipa air minum dasar laut yang terpanjang di Jepang (total panjang 14 km) menyalurkan air minum dari kota Akō ke Kepulauan Ieshima.
ang memiliki ibu kota di Rakuyō (Luoyang)


Menara Tokyo (東京タワー Tokyo Tower?)
adalah sebuah menara di Taman Shiba, Tokyo, Jepang. Tinggi keseluruhan 332,6 m dan merupakan bangunan menara baja tertinggi di dunia yang tegak sendiri di permukaan tanah. Berdasarkan peraturan keselamatan penerbangan, menara ini dicat dengan warna oranye internasional dengan warna putih di beberapa tempat. Bangunan sekelilingnya lebih rendah, sehingga Menara Tokyo bisa dilihat dari berbagai lokasi di pusat kota.
Menara Tokyo terkenal sebagai simbol kota Tokyo dan objek wisata daripada fungsinya sebagai menara antena pemancar TV analog (UHF/VHF), TV lokal digital, dan radio FM. Selain itu, perusahaan KA East Japan Railway menggunakan menara ini untuk meletakkan antena radio sistem darurat kereta api, dan sejumlah instrumen pengukuran dipasang oleh Kantor Lingkungan Hidup Metropolitan Tokyo.

Gifu (岐阜市 Gifu-shi?) adalah kota di Jepang yang terletak di bagian tengah-selatan Prefektur Gifu, dan berkedudukan sebagai ibu kota prefektur. Kota ini berperan penting dalam sejarah Jepang karena letaknya yang strategis di Jepang bagian tengah. Pada zaman Sengoku, wilayah Gifu dijadikan markas para samurai pemimpin perang, termasuk Saitō Dōsan dan Oda Nobunaga yang berusaha menjadi pemersatu Jepang.
Setelah Jepang bersatu, Gifu sepanjang zaman Edo terus berkembang dan makmur sebagai kota penginapan (shukuba) di jalur Nakasendō. Kawasan Kanō-juku waktu itu merupakan kawasan yang penuh dengan rumah-rumah penginapan. Gifu selanjutnya dikenal sebagai pusat industri busana karena memiliki banyak perusahaan konfeksi. Kota ini dulunya pernah berada di bawah administrasi Distrik Atsumi sebelum Pemerintah Jepang menetapkannya sebagai kota inti.
Kota Gifu terletak di dataran rendah aluvial Sungai Nagara yang subur. Penduduk Gifu sejak zaman dulu sudah mengandalkan sumber daya alam kawasan sekeliling tempat tinggal mereka sebagai sumber penghasilan. Gifu merupakan pusat industri kertas tradisional Jepang (mino washi) dan produk-produk pertanian. Di bidang pariwisata, Gifu terkenal dengan atraksi "memancing dengan burung kormoran" di Sungai Nagara. Di tengah kota menjulang Gunung Kinka yang merupakan simbol kota sekaligus tujuan wisata andalan Kota Gifu. Di puncak gunung terdapat Istana Gifu yang dibangun sebagai replika istana Oda Nobunaga.
Dua jalur kereta api utama menghubungkan kota ini dengan infrastruktur transportasi nasional dan internasional. Kereta api JR Central yang beroperasi di Jalur Utama Tōkaidō berhenti di Stasiun Gifu, dan menghubungkan Stasiun Gifu dengan Nagoya dan kota-kota lain yang berdekatan. Kereta api ekspres Meitetsu menghubungkan Gifu dengan Bandar Udara Internasional Chūbu Centrair.
Gifu memiliki hubungan aktif dengan enam kota kembar. Di kota ini terdapat pusat-pusat konvensi sebagai tempat penyelenggaraan konferensi internasional.


Kota Naruto (鳴門市 Naruto-shi?
) adalah sebuah kota di Jepang yang terletak di ujung timur laut Prefektur Tokushima. Kota ini berada di sebelah barat Selat Naruto, tepatnya di ujung timur Pulau Shikoku. Wilayah kota juga mencakup tiga buah pulau, yaitu Ohgejima, Takashima, dan Shimada.
Di seberang Selat Naruto terdapat Pulau Awaji. Jembatan Ohnaruto yang membentang di atas Selat Naruto menghubungkan Kota Naruto dengan Kota Minami Awaji di Pulau Awaji. Di perairan laut Selat Naruto terdapat objek wisata Pusaran Air Naruto.
Kota Naruto merupakan pintu gerbang ke Pulau Shikoku. Jalan bebas hambatan Kobe-Awaji-Naruto yang melewati Pulau Awaji menghubungkan Kota Naruto dengan Kota Kobe serta kota-kota lain di wilayah Kansai.
Pariwisata
Kota Naruto merupakan kota pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Di dekat Jembatan Ohnaruto terdapat Taman Naruto dengan pemandangan ke Selat Naruto dan sebagian Laut Pedalaman Seto.
Di kota ini terdapat bekas kamp penampungan orang Jerman yang dijadikan tawanan perang sewaktu Perang Dunia I. Di kamp penampungan ini, Simfoni No. 9 karya Ludwig van Beethoven dimainkan untuk yang pertama kalinya di Jepang.
Di Distrik Ōsachi terdapat Kuil Reisan-ji yang merupakan tempat yang pertama kali harus dikunjungi sewaktu melakukan wisata ziarah Shikoku. Sepanjang tahun di Kota Naruto bisa dilihat sosok orang berpakaian serbaputih yang sedang berziarah.
Ekonomi
Selain pariwisata, sektor andalan Kota Naruto adalah industri garam dan perikanan. Ubi jalar Naruto kintoki dan rumput laut merupakan produk pertanian asal kota Naruto yang terkenal di seantero Jepang.
Untuk kegunaan lain dari Osaka, lihat Osaka (disambiguasi).


Istana Osaka

Kota Osaka (大阪市 Ōsaka-shi?) adalah kota ketiga-terbesar di Jepang, dengan populasi 2,7 juta orang.
Kota ini terletak di pulau Honshu, di mulut Sungai Yodo di Teluk Osaka. Kota ini adalah salah satu pusat industri dan pelabuhan utama, dan juga ibukota Prefektur Osaka dan bagian pusat dari daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto. Di sebelah timur, Osaka bertetangga dengan Kyoto dan Nara, dan di sebelah barat dengan kota Kobe. Osaka merupakan bagian dari wilayah Kansai.
Osaka merupakan sebuah metropolis air, dengan sungai-sungainya dan jumlah jembatan terbanyak di Jepang sampai tidak terhitung jumlahnya. Menurut orang Jepang, ada "808 bangunan jembatan" di Osaka. Konon bagi orang Jepang, angka "808" merupakan jumlah yang sangat banyak, dan sama artinya dengan tidak terhitung. Sebenarnya jumlah jembatan yang ada di Osaka adalah 790, di antaranya, 761 jembatan yang dikelola oleh pemerintah kota Osaka.
Ada dua pusat kota di Osaka, yakni Umeda di sebelah utara, dan Namba di sebelah selatan. Kedua pusat kota ini dihubungkan oleh jalan utama yang bernama Midosuji. Kantor-kantor perdagangan, bank, dan konglomerat Jepang umumnya terpusat di sekitar Jalan Midosuji. Pemandangan Jalan Midosuji dengan daun-daun pohon Ginkgo yang menguning di musim gugur sangatlah indah.
Yokohama (横浜市 Yokohama-shi?) adalah ibu kota Prefektur Kanagawa, Jepang. Kota ini terletak di wilayah Kanto, Pulau Honshu. Yokohama dihuni 3,6 juta penduduk dan merupakan kota terbesar nomor dua di Jepang setelah Tokyo.
Kota ini merupakan kota pelabuhan yang berkembang pesat setelah Jepang membuka diri dari politik isolasi di akhir abad ke-19. Pelabuhan Yokohama merupakan pelabuhan utama di Jepang bersama-sama dengan pelabuhan lain di kota Kobe, Osaka, Nagoya, Hakata, Tokyo and Chiba.
Prefektur Wakayama adalah sebuah prefektur di Jepang yang berada di sebelah barat Semenanjung Kii. Ibu kota di Wakayama.
Dalam pembagian provinsi zaman dulu di Jepang, prefektur ini disebut Provinsi Kii, dan sebagian besar wilayah Prefektur Wakayama adalah wilayah Provinsi Kii. Pada zaman Edo, wilayah ini disebut Domain Kishū yang dikuasai oleh salah satu dari tiga keluarga Tokugawa yang disebut keluarga Tokugawa Kishū.
Sejak zaman kuno, Wakayama disebut "negeri pohon" karena daerah ini dipenuhi hutan dan gunung (sekitar 70% merupakan kawasan pegunungan). Lembah dan pegunungan Prefektur Wakayama merupakan lokasi kuil-kuil Buddha dan Shinto yang penting, termasuk Gunung Kōya dan Tiga Kuil Shinto Kumano. Gunung Kōya adalah pusat agama Buddha sekte Shingon
Prefektur Wakayama bagian utara yang berpusat di Kota Wakayama termasuk ke dalam Kawasan Industri Hanshin. Di bagian pesisir merupakan pusat industri berat seperti pabrik baja dan kilang minyak. Bagian tengah Prefektur Wakayama banyak terdapat kebun jeruk manis (Citrus unshiu atau mikan). Produk pertanian terkenal lainnya yang terkenal dari Wakayama adalah jeruk hassaku (Citrus hassaku), buah Prunus mume, dan kesemek. Perkebunan Prunus mume (ume) terutama berada di sekitar Tanabe.
Istana Himeji (bahasa Jepang: 姫路城, Himeji-jō) adalah sebuah istana yang terletak di kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang. Menurut pembagian provinsi zaman dulu, istana ini terletak di Harima-no-kuni, Shikito-gun, Himeji. Pesona keindahan plesteran berwarna putih yang mendominasi tembok-tembok istana menjadikan Istana Himeji mempunyai sebutan lain "istana burung kuntul putih" (bahasa Jepang: 白鷺城, Shirasagi-jō). Istana Himeji merupakan salah satu contoh peninggalan arsitektur istana dari awal abad ke-17 yang paling penting.
Istana Himeji selalu luput dari bahaya api peperangan dan selamat dari kejatuhan istana di tangan musuh, sehingga menara utama dan bangunan-bangunan istana lainnya masih banyak yang tersisa. Pemerintah Jepang menetapkan 8 bangunan, antara lain menara utama, menara kecil, dan Watari-yagura yang ada di dalam kompleks istana sebagai pusaka negara. Selain itu, berjenis-jenis bangunan dengan total 74 bangunan di dalam kompleks istana (27 bangunan Yagura/Watari-yagura, 15 bangunan pintu gerbang, 32 bangunan tembok) ditetapkan sebagai warisan budaya yang penting.
Istana Himeji dinilai sebagai peninggalan budaya milik dunia yang sangat berharga, sehingga pada tahun 1993 UNESCO memasukkan Istana Himeji ke dalam daftar Situs Warisan Dunia untuk kategori warisan budaya.
Dari kejauhan terlihat indah dengan tembok-tembok istana berwarna putih, Istana Himeji sering dijadikan lokasi film dengan latar belakang sejarah Jepang zaman dulu. Istana ini juga sering dipakai sebagai lokasi pengganti untuk istana-istana lain seperti Istana Edo.

Prefektur Tottori (鳥取県 Tottori-ken?) adalah prefektur Jepang yang terletak di bagian timur laut wilayah Chugoku, tepatnya sebelah timur daerah San-in di pulau Honshu. Prefektur Tottori mempunyai jumlah penduduk yang paling sedikit di antara semua prefektur di Jepang. Ibu kota di kota Tottori yang dulunya berkembang dari kota sekeliling Istana Tottori
Produk pertanian kebanggaan Prefektur Tottori adalah buah pir Nijisseiki yang terkenal di seluruh Jepang karena rasanya yang sangat enak. Produk pertanian lain yang terkenal seperti buah pir jenis Kōsui, nagaimo, lokyo, daun bawang dan semangka.
Guguk pasir Tottori merupakan objek wisata paling terkenal di Prefektur Tottori.

Wakayama (和歌山市 Wakayama-shi?) adalah ibu kota Prefektur Wakayama, Jepang. Kota ini terletak di sebelah selatan wilayah Kinki. Pada zaman Edo, kota ini merupakan ibu kota istana Domain Kishū yang diperintah keluarga Tokugawa Kishū.
Kota Wakayama merupakan kota utama di Prefektur Wakayama. Luas kota sekitar 4% dari keseluruhan luas prefektur, dan ditinggali oleh 40% dari total penduduk prefektur. Kota ini telah ditetapkan sebagai salah satu kota utama di Jepang.

Distrik kota Arakawa (荒川区 Arakawa-ku?) adalah salah satu dari 23 distrik istimewa yang berada di Tokyo timur laut, Jepang. Tokyo adalah sebuah prefektur sehingga kedudukan distrik kota sama dengan sebuah kota. Nama kota ini berasal dari nama sungai yang mengalir di timur laut kota, yakni Sungai Arakawa yang sejak tahun 1964 disebut Sungai Sumida.
Pulau Okinawa (沖縄本島 Okinawa-hontō, atau 沖縄島 Okinawa-jima) adalah pulau terbesar di Kepulauan Okinawa sekaligus di Kepulauan Ryukyu, Jepang. Kota Naha ibu kota Prefektur Okinawa berada di Pulau Okinawa. Pulau ini luasnya 1.201,03 km2 dan jaraknya kira-kira 640 km sebelah selatan pulau-pulau utama Jepang. Okinawa adalah tempat kelahiran olahraga bela diri karate.