03 Juli 2010

Sekolah dI Jepang

Sekolah di Jepang (Bagian Pertama) Oleh Dr. Arief B. Witarto Rabu, 19 Oktober 2005 05:12:58 Sekolah di luar negeri terkesan "elit". Apalagi di Jepang, negara dengan biaya hidup sangat tinggi. Belum lagi Jepang sebagai negara pilihan untuk studi di luar negeri masih "angker" dengan stereotip anggapan biaya tinggi, bahasa yang sulit dan sebagainya. Benarkah demikian? Dalam tulisan ini, penulis mengulas beberapa keuntungan memilih Jepang sebagai tempat belajar di tingkat Universitas baik program S1, S2 dan S3 serta kiat-kiat sukses menempuh studi sekaligus mencari kerja setelah itu. Tulisan di bagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama dengan fokus pada keunggulan memilih studi di Jepang dan kehidupan di kampus. Sedangkan pada bagian kedua akan disampaikan tentang kiat-kiat hidup dan mencari kerja.


Keuntungan memilih Jepang

Keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) negara tujuan, sering menjadi salah satu alasan memilih tempat studi di luar negeri. Kemajuan perekonomian Jepang, tak disangkal berkat dukungan ipteknya yang canggih. Akan tetapi, Jepang tak jarang disebut sebagai "negara pengekor" dalam iptek karena lebih banyak mengembangkan iptek terapan yang dasarnya sudah dikembangkan di Amerika Serikat (AS) atau Eropa. Akan tetapi dengan terpilihnya para peneliti Jepang sebagai penerima Hadiah Nobel tiga tahun terakhir secara berturut-turut, setidaknya menghapus pandangan itu. Penelitian dasar maupun terapan di Universitas Jepang sangat beragam dengan dukungan dana yang besar baik dari Pemerintah maupun Swasta. Apabila di Indonesia, produk riset terapan lebih dibutuhkan, maka Jepang adalah "gudang" penelitian seperti itu. Paten-paten internasional yang dimiliki Jepang lebih banyak yang berkaitan dengan teknologi terapan. Namun hal ini tidak berarti penelitian dasar kurang berkembang. Hadiah Nobel yang banyak diberikan kepada penelitian dasar, dari penghargaan tiga tahun terakhir itu, berhasil diraih oleh peneliti-peneliti Jepang dari penelitian di dalam negeri. Suasana dan kondisi belajar juga sering menjadi penentu dalam menentukan pilihan negara studi. Untuk masalah keamanan, Jepang adalah negara dengan tingkat kriminalitas sangat rendah dibanding AS atau negara-negara Eropa pada umumnya. Budaya timur yang masih kental di Jepang, memberikan suasana yang tidak jauh berbeda bagi mahasiswa Indonesia ketika hidup dalam masyarakat Jepang sehingga memudahkan beradaptasi. Bahasa Jepang yang sering jadi momok, bila dilihat dari kacamata berbeda, dapat memberikan nilai plus studi di Jepang. Mahasiswa S2 dan S3, tidak diharuskan menguasai bahasa Jepang karena dapat berkomunikasi maupun menyelesaikan thesis dengan bahasa Inggris. Namun setidaknya, berbekal kursus singkat yang banyak disediakan gratis oleh Universitas maupun Pemda setempat, serta pergaulan sehari-hari, mereka mampu berbahasa lisan dengan baik. Untuk mahasiswa S1, selain kemampuan bahasa lisan juga diperlukan kemampuan membaca dan menulis bahasa Jepang. Memang untuk itu ribuan huruf Kanji dan tata bahasa yang berbeda dengan bahasa Inggris, harus dikuasai. Menurut pengalaman penulis, setengah sampai setahun kursus bahasa Jepang intensif ditambah dengan kuliah 1-2 tahun, cukup memberikan penguasaan secara baik. Kemampuan bahasa ini akan membuka peluang besar memahami berbagai ilmu pengetahuan maupun budaya Jepang karena bangsa ini telah mentransfer seluruh pengetahuannya dalam bentuk tulisan, buku dan sebagainya (Jepang adalah negara dengan pelanggan koran terbesar di dunia). Bagi alumnus Universitas Jepang, dengan ketiga keunggulan di atas yang berhasil diraih, kesempatan mencari kerja di Jepang maupun Indonesia, sangat terbuka. Jangan lupa, Jepang adalah negara dengan penanaman modal asing terbesar di Indonesia sehingga peluang bekerja di perusahaan maupun bisnis terkait dengan negara ini, sangat menjanjikan.

Kehidupan Kampus
Untuk menyelesaikan program studi S1 di Jepang perlu waktu 4 tahun. Tiga tahun pertama adalah perkuliahan dan tahun terakhir mahasiswa diharuskan masuk ke lab salah seorang Professor yang ada dalam jurusan untuk membuat penelitian bagi thesisnya. Untuk program S2 yang memerlukan waktu normal 2 tahun, sepenuhnya mahasiswa berada dalam lab untuk melakukan penelitian dengan tambahan beberapa mata kuliah yang harus diambil. Dengan kerajinan dan ketekunan, hampir bisa dipastikan mahasiswa dapat selesai tepat waktu untuk S1 dan S2 ini. Program S3, mirip sistem di S2 tapi beban untuk penelitian lebih besar, dimana banyak jurusan di Universitas Jepang mewajibkan mahasiswanya menghasilkan publikasi ilmiah di jurnal internasional sebagai syarat kelulusan. Kadang, bila ada hambatan dalam penelitian menurut pengamatan penulis, lebih banyak karena kurang antisipasi kemajuan riset dan komunikasi dengan Professor pembimbing bisa menyebabkan waktu studi molor 1-2 tahun. Kewajiban publikasi ini nampaknya khas Jepang yang tak ditemui di Amerika/Eropa, walau terasa berat tapi bisa memberikan catatan dan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa bagi bekal meniti karir setelah kelulusan. Peran Professor pembimbing sangat besar dalam membantu kelancaran studi dalam setiap jenjang. Untuk itu, kiat utama dalam hal ini adalah mencari Professor dalam bidang yang diminati, yang paling cocok dalam kepribadian, sikap dan sebagainya. Untuk mahasiswa S1, sejak masa perkuliahan, bisa dengan mudah mencari informasi itu dari kakak kelas atau mencari langsung Professor dengan sifat-sifat seperti itu. Sementara bagi mahasiswa S2/S3 yang mencari dari Indonesia misalnya, ada beberapa ciri yang mungkin bisa jadi pegangan. Professor dengan pengalaman belajar atau penelitian di luar negeri, biasanya menjadi lebih terbuka dan respek terhadap orang asing mungkin karena pernah mengalami sendiri tinggal di negeri orang. Professor yang masih muda usia (40-an tahun), biasanya masih dalam awal karirnya sehingga dengan menjadi anggota labnya, kemungkinan mahasiswa ikut dipacu untuk banyak menghasilkan publikasi, paten dan karya ilmiah lainnya, walaupun konsekuensinya hal ini harus dibarengi dengan kerja keras. Keuntungan lainnya, mahasiswa bisa mendapat bimbingan dan perhatian langsung dari Professor seperti ini karena masih banyak waktunya di lab. Sementara Professor yang lebih senior, menduduki berbagai jabatan di himpunan profesi maupun Pemerintahan, berpeluang besar memberikan banyak kemudahan mencari kerja dengan lobi-lobi yang dimilikinya serta fasilitas penelitian yang memadai. Akan tetapi, bimbingan langsung kepada mahasiswa relatif agak kurang karena kesibukan di luar labnya tersebut. Profil seperti ini bisa kita peroleh dari homepage Universitas, membaca jurnal-jurnal ilmiah, seminar dan sebagainya. Professor-professor yang hebat, tidak harus selalu berada di universitas-universitas besar. Yang sering disebut universitas besar itu adalah Tokyo University, Osaka University, Kyoto University, Kyushu University, Tohoku University, dan Hokkaido University untuk universitas negerinya dan Keio University serta Waseda University untuk universitas swastanya. Tak pelak, dengan dana dan nama besar, universitas-universitas itu dapat mengumpulkan Professor-professor terpandang, namun tak jarang Professor "yang mendunia" berada di universitas negeri di daerah. Misalnya, pakar DNA chip Jepang adalah seorang Professor muda di Tokushima University di pulau kecil Shikoku, tokoh mikrobiologi vitamin ada di Yamaguchi University di ujung selatan pulau Honsyu, Professor senior yang disebut-sebut calon kuat penerima Hadiah Nobel Kedokteran berdomisili di Kobe University dan lain-lain. Jadi, jangan terpaku pada nama besar universitas yang hendak dipilih, tapi lihat dalam bidang yang diminati, Professor yang hebat berada di lokasi mana.


Study di Jepang (2)
Di atas telah saya kupas strategi dan cara mendapatkan Letter of Acceptance dari profesor atau sensei di Universitas di Jepang sebagai salah satu syarat utama, kalau tidak boleh dikatakan mutlak, untuk bisa mendapatkan beasiswa dan study di Jepang. Maka, langkah berikutnya yang harus kita lakukan adalah mencari dan mendapatkan beasiswa.Pada tahap ini, kita sering gagal karena berbagai faktor.
Mudah2an tulisan saya ini bisa menjadi solusi dan penyemangat bagi pencari beasiswa di Jepang.
Banyak sekali buku2 yg berisi panduan dan strategi mendapatkan beasiswa bisa kita dapatkan di toko buku. Saya juga menganjurkan rekan2 pencari beasiswa untuk membaca buku2 panduan tersebut. Disini, saya akan berusaha memberikan tips mencari dan mendapatkan beasiswa berdasarkan pengalaman pribadi dan teman2 selama di Jepang.
Satu hal yang perlu sekali untuk diketahui, ternyata banyak sekali beasiswa yang bisa kita dapatkan tanpa harus melewati proses seleksi yg ketat.Tapi, bergantung pada koneksi dan kekuatan rekomendasi sensei kita di Jepang. Atau dengan kata lain, disinilah nasib manusia diundi untuk mendapatkan pemenangnya. Info seperti ini yg jarang sekali diketahui mereka yang belum pernah mendapatkan beasiswa study di LN.Khususnya utk kasus Jepang. Untuk itu, jangan pernah menyerah dan putus asa!
Begitu sudah mendapatkan sensei di Jepang, pelan2 cobalah menanyakan ke calon sensei anda tentang berbagai kemungkinan beasiswa yang mungkin bisa beliau bantu.Karena kadang sensei kita punya dana beasiswa dari proyek peneilitian dia, atau hasil kerjasama dengan isntansi tertentu, atau si sensei punya posisi penting sehingga bisa merekomendasikan (menekan) instansi penyedia beasiswa untuk memberikan beasiswanya pada anda sbg calon muridnya.
Perlu diketahui, bahwa sensei2 di Jepang kadang juga membutuhkan murid2 yang bisa membantu dia mengerjakan proyek2 besarnya dan sdh tersedia dana beasiswanya juga.Informasi seperti ini bisa kita tanyakan langsung ke calon sensei kita setelah sudah ada kesediaan dari sensei tsb utk menerima kita di labnya.Atau kalau ada orang Indonesia di Lab tsb, mgkn lebih baik menanyakan pada dia.Yang tidak boleh kita lupakan adalah unggah-ungguh (sopan santun) dalam menanyakan sesuatu pada sensei. Sebab org jepang punya karakter yg sama dengan orang timur kebanyakan.Kalau anda kurang PD, bisa meminta kesediaan teman atau kenalan yg ada di Jepang untuk melihat isi e-mail anda sblm dikirimkan.
Sayanknya, jumlah sensei yg mau menerima kita sekaligus bersedia mengusahakan beasiswa utk kita sedikit. Kebanyakan, sensei2 di Jepang senang sekali menerima mahasiswa dari LN yang bisa mencari beasiswa sendiri.Apalagi kalau bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah Jepang, spt Monbukagakusho.


www.polman.11.forumer.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar